Memperkenalkan Gaharu
Gaharu,
Kayu hutan yang dikenal sebagai kayu yang paling berharga di
dunia. Gaharu atau Aquilaria atau Agarwood adalah bagian dari keluarga
Thymelaeaceae dan merupakan tumbuhan asli yang berasal dari Asia
Tenggara. Gaharu tumbuh di hutan tropis Indonesia, Thailand, Kamboja,
Laos, Vietnam, Malaysia, India Utara, Filipina, Kalimantan, Papua dan
New Guinea. Pokok-pokok Gaharu dewasa tumbuh antara 6 meter sampai 20
meter. Gaharu ini dikenal sebagai penghasil utama dari resin atau getah
kayu Gaharu. Jenis yang terbanyak dari Indonesia adalah dari jenis Aquilaria malaccensis; sekaligus juga wanginya yang khas dari jenis malaccensis ini sangat digemari di negara-negara Timur Tengah.
Berkurangnya
pohon-pohon yang tumbuh secara alami karena penebangan yang
membabi-buta dari para pemburu Gaharu untuk mengambil gubal dan getah
Gaharu ini telah membuat pohon Gaharu ini menjadi terdaftar dalam
Apendix II IUCN (International Union for Conservation of Nature) dan
dinyatakan sebagai spesies yang vulnerable atau terancam punah, oleh
karenanya harus dilindungi. Praktek perburuan Gaharu ini dan sekarang
juga sudah dinyatakan tidak syah dan melakukannya akan menjadi praktek
yang ilegal. Kegiatan yang sedang berjalan saat ini di beberapa negara
di Asia Tenggara adalah usaha-usaha untuk membudidayakan Gaharu, di mana
hasil getahnya diproduksi dengan cara melakukan proses inokulasi
jamur/bakteri terhadap pohon Gaharu ini sehingga terjadi infeksi secara
artificial yang bisa merangsang pohon untuk menghasilkan getah Gaharu
yang bisa dipanen secara berkelanjutan tanpa mengurangi populasi Gaharu
alam di hutan-hutan.
Pohon
Gaharu dari tanaman budidaya ini akan memerlukan proses inokulasi jamur
atau bakteri sebelum bisa memproduksi resin atau getah yang
terperangkap di dalam batang pohonnya. Getah atau gubal Gaharu ini
memiliki aroma wangi yang mempunyai nilai jual yang tinggi di pasar
international. Untuk pohon-pohon Gaharu, proses mengeluarkan getah ini
adalah mekanisme pertahanan mereka untuk hidup, tapi bagi penanam
Gaharu tujuan mereka adalah agar pohon Gaharu bisa menghasilkan resin
berharga yang justru merupakan produk utama dari hasil kerja mereka.
Infestasi bakteri atau jamur ini sangat penting agar pohon bisa
memproduksi resin atau getah Gaharu yang diharapkan, tanpa inokulasi
ini, tidak akan ada getah atau resin yang diproduksi dan akibatnya juga
tidak akan ada nilai ekonomis dapat diharapkan dari usaha budidaya
Gaharu seperti itu.
Pasar
Gaharu tradisional mencari dan membeli resin yaitu gubal yang terjebak
dalam batang pohon Gaharu, Gubal atau resin atau chip ini sangat dicari
untuk dipakai sebagai dupa di negara-negara Timur Tengah; Gaharu di
negara-negara ini dikenal dengan sebutan “Ouds” dan secara tradisional
digunakan untuk menghasilkan wewangian aromatik ruangan untuk menyambut
tamu atau aromaterapi dan relaksasi. Gaharu juga menghasilkan minyak
atsiri yang berharga untuk bahan dasar parfum, aromaterapi, obat-obatan,
artefak religi dan alat bantu doa bagi umat Buddha dan Hindu.
Sebaliknya
usaha menanam Gaharu untuk dipanen hasilnya adalah cara terbaik dan
berkelanjutan yang disatu pihak memungkinkan kita untuk memenuhi
permintaan pasar dunia yang terus meningkat untuk obat-obatan, parfum,
seni-kerajinan dan turunan lainnya, di lain pihak kita tak perlu merusak
hutan dan menghabiskan tumbuhan Gaharu di dalamnya. Penanaman ini juga
akan membantu melindungi populasi Gaharu liar di hutan alam. Dengan
demikian Gaharu hasil budi-daya akan memperoleh insentif ekonomi yang
tinggi untuk menghasilkan Gaharu kualitas terbaik di dalam memenuhi
tuntutan pasar tersebut.
Studi Pasar
Gaharu Negara-negara Timur Tengah
masih menunjukkan permintaan yang tertinggi dengan rata-rata sekitar US $
3,3 miliar setiap tahun, sementara Asia Timur dan Asia Selatan pasar di
Negara-negara ini juga meningkat, pada saat yang sama mereka juga
meningkatkan produk Gaharu mereka terus setiap tahun. Berikut adalah
beberapa ilustrasi mengenai seberapa besar dan nilainya pasar Gaharu di
seluruh dunia.
Pasar Konsumen Gaharu
Pasar
konsumen untuk Gaharu berkembang dengan baik di Timur Tengah dan Asia
Timur Laut di mana Gaharu telah digunakan selama lebih dari seribu
tahun. Taiwan, Singapura, Hong Kong dan Bangkok adalah pusat-pusat
pedagangan utama Gaharu sementara Thailand, Indonesia, Vietnam dan
Malaysia adalah produsen utamanya. Meningkatnya kelangkaan akan Gaharu
hutan yang ilegal kini membuat Gaharu budidaya banyak dicari orang untuk
memenuhi permintaan pasar global.
Permintaan Pasar Taiwan
Taiwan
telah lama menjadi pedagang besar di Gaharu untuk digunakan baik
sebagai obat maupun untuk artefak budaya dan keagamaan, misalnya untuk
patung dan tasbih. Menurut catatan resmi, 6,843 ton Gaharu diproses
didatangkan ke Taiwan dalam sepuluh tahun hingga 2003. Harga Gaharu
untuk bahan obat bervariasi antara US $ 3,000 sampai US $ 30,000 per
kilogram dan minyak olahan antara US $ 7,000 untuk US $ 61,000
liter. Besar potongan kualitas yang baik yang cocok untuk patung hias
dapat laku hingga US $ 100,000 per kilogram.
Permintaan Pasar Jepang
Di
Osaka, Jepang, toko yang dikenal sebagai Jinkoh-ya (harfiahnya, " Toko
Gaharu ") telah berdagang produk Gaharu selama lebih dari 350
tahun. Selama periode 1991-1998, menurut angka resmi Bea Cukai, 277,396
kilogram Gaharu mentah diimpor ke Jepang, atau rata-rata lebih dari 34
ton per tahun. Sebuah survei 2004 Harga kayu Gaharu batangan dibandrol
dengan harga mulai dari US $ 320 hingga US $ 22,700 per kilogram dengan
nilai penjualan tertinggi sebesar antara US $ 9,000 sampai US $ 272,000
per kilogram.
Permintaan Pasar Timur Tengah
Permintaan
produk Gaharu untuk pasar Timur Tengah secara signifikan melebihi dari
permintaan Asia Timur. Salah satu pedagang ritel terkenal Arab Saudi
yang mengkhususkan diri dalam penjualan oud (produk Gaharu) memiliki
lebih dari 550 gerai ritel di 17 negara dengan lebih dari 600,000
pelanggan dan merupakan salah satu pengecer terbesar di dunia parfum di
pasar senilai US $ 3,3 miliar per tahun. Perusahaan ini mengimpor 45 Ton
Gaharu per tahunnya diproses untuk memproduksi 400 wewangian
bermacam-macam dengan oud atau Gaharu sebagai bahan dasar. Usaha ini
memiliki kapasitas produksi 30 juta botol parfum dalam setahunnya.
Sumber:
TRAFFIC: Trade Records and Analysis of Flora and Fauna In Commerce,
IUCN: International Union for Conservation of Nature,
CITES: Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora,
IEST: Institute of Environmental Sciences and Technology